Mengungkap Sisi Lain Sosok Yang Tidak Menikah

by - Maret 19, 2018

Sebuah resensi buku "Memilih Jomblo"
oleh : Choirul Anam



Judul buku : Memilih Jomblo: Kisah Para Intelektual Muslim yang Berkarya Hingga Akhir Hayat
Pengarang : KH. Hussein Muhammad
Tebal : xviii + 158 hlm: 14 x 21 cm
Tahun terbit : 2015
Cetakan ke : 1
ISBN : 978-602-71777-5-8

Bagi sebagian orang, menjadi jomblo bukanlah suatu hal yang menarik. Risih, malu, serba salah, serta aneh, hal itu bisa saja terjadi apabila kita mendengar orang lain mengatai semacam itu. Jomblo, julukan yang melekat pada pria ataupun wanita yang tidak punya pasangan dan kerap menimbulkan rasa tidak nyaman takala kita mendengarnya. Bahkan sebisa mungkin julukan tersebut jangan sampai melekat pada diri kita, terutama bagi para wanita.

Tapi tidak untuk buku “Memilih Jomblo” karya KH. Hussein Muhammad ini, bukanya konyol dan memalukan, sosok Jomblo dalam setiap kisah yang digambarkan terasa heroik dan penuh wibawa. Kematian tokoh-tokoh yang diceritakan dalam setiap penggalan judulnya, memberikan inspirasi bagi para pembaca. Meskipun hingga akhir hayat mereka, mereka masih hidup tanpa pasangan alias membujang.

Buku ini diawali oleh riwayat sang sufi perempuan, Robi’ah Al-Adawiyah, yang memilih untuk tidak menikah karena begitu mencintai Tuhannya. Rabi’ah adalah perempuan cantik bersuara merdu yang karena kemiskinan keluarganya, ia mencari pekerjaan di kota Basrah dan akhirnya dijual kepada pemilik tempat hiburan malam. Namun karena ketekunan Rabi’ah dalam beribadah dan bermunajat kepada Allah, maka pada suatu fajar yang merekah ia dibebaskan. Hingga jadilah ia seorang Abidah pengabdi kepada Tuhan.

Selain Robi’ah, perempuan cantik yang namanya sering disebut-sebut oleh Sufi Falsafi adalah Layla binti Mulawwih, kekasih Qais Al-majnun. Siapa yang tidak kenal cerita cinta legendaris Layla Majnun yang tersohor itu. Dalam buku ini, K Hussein menempatkan kisah Layla yang akhirnya meninggal dalam keadaan membujang pada pamungkas buku. Layla dinisbatkan sebagai simbol sang Kekasih serta Keindahan, sementara Qais Al-majnun sebagai simbol para pencari, para pengembara, para pecinta dan para perindu. Mereka terpisah karena tradisi, Qais terasing di hutan rimba sementara Layla terpenjara di rumahnya sendiri.

Diluar dari dua kisah legendaris tersebut, K Hussein juga berhasil mengkliping 21 tokoh intelektual dunia yang memilih untuk tidak menikah hingga akhir hayatnya. Diantara tokoh-tokohnya ada nama-nama Ulama masyhur seperti Al-Thabari, Imam Zamakhsyari, Ibnu Taimiyah, Jamaluddin Al-Afghani, Sayyid Ahmad Badawi, Sayyed Quthb, dan masih banyak lagi.

Ambillah contoh sebuah kisah yang dituturkan penulis dalam buku itu, Abu Al-‘Ala Al-ma’ari. Dalam riwayatnya, Al-ma’ari secara terang-terangan menolak menikah dengan alasan kehidupan dunia terlalu banyak memberi kerusakan dan penderitaan. Menikah serta memiliki keturunan menurutnya adalah sebuah tindak kejahatan, anak-anak yang dilahirkan akan menjadi korban sosial. Bahkan ia menyesal karena sempat dilahirkan ayahnya di dunia dan berwasiat kepada para sahabat-sahabatnya untuk tidak menikah atau memiliki keturunan (hal.41).

Kita akan dibuat tercengang membaca riwayat tokoh demi tokoh dalam buku tersebut. Bagaimana tidak, tokoh yang diceritakan selalu memiliki karya berjibun yang mustahil dilakukan oleh pribadi zaman sekarang. Dalam setiap babnya pula, K Hussein menyelipkan alasan mengapa para tokoh tersebut memilih untuk tidak menikah. Diantaranya ada yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk agama, ilmu pengetahuan, humanisme atau sosial kemasyarakatan. Menurut mereka, menikah hanya akan mengurangi kesempatan untuk bededikasi terhadap intelektualisme. Sebab konsekuensi dari menikah adalah memiliki keluarga dan anak sehingga harus ada tanggungjawab untuk merawatnya.

Terlepas dari alasan kenapa para tokoh yang tertera dalam buku tersebut tidak menikah, K Hussein juga tidak ketinggalan mengulas biografi tokoh-tokoh tersebut semasa hidupnya. Inilah yang menjadi nilai tambah tersendiri bagi buku Memilih Jomblo karyanya. Bahasanya yang sederhana, gaya bahasa yang ringan, dan struktur penyusunan yang sistematis membuat buku kumpulan biografi ini menjadi mudah untuk dipahami semua kalangan. Daya tarik kuat terletak pada pemilihan judulnya yang kontroversial: Memilih Jomblo. Namun jika lihat dari segi kontennya, Memilih Jomblo serasa kurang bumbu analisis sehingga menjadikan kumpulan biografi yang seharusnya serius ini terasa begitu populer. Namun sekali lagi, alasan tersbeut pula yang mmebuat buku Memilih Jomblo ini patut untuk dimiki sebagai bahan memperluas wawasan pembaca.


Choirul Anam

Belajar menulis di Pesantren Kreatif Baitul Kilmah,
Kasongan Permai, Yogyakarta.

You May Also Like

0 comments